Minggu, 05 Februari 2012

Kolesterol

1 dari 5 orang Indonesia memiliki kolesterol tinggi (Sumber :Survey dilakukan oleh Nutrive Benecol pada bulan Desember 2008, di 6 Kota besar di Indonesia, di antara orang dewasa di atas 30 tahun yang peduli dengan kolesterol)

Hiperkolesterolemia merupakan kadar kolesterol berlebih dalam pembuluh darah. Hiperkolesterolemia menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Aterosklerosis) yang dapat menyebabkan Serangan Jantung dan Stroke.

Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena :
1. Gaya Hidup Tidak Sehat
  • Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak jenuh dan berkolesterol tinggi,
  • Merokok/kopi/alkohol berlebih,
  • Kurang Olahraga dan Stress
  • Usia 
2. Faktor Genetik atau Keturunan
  • Mempunyai riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke
  • Mengalami hipertensi, obesitas, diabetis melitus

Tips Mengendalikan Kolesterol :
  1. Lakukan pemeriksaan kolesterol secara berkala dan berkonsultasi dengann dokter
  2. Terapkan pola makan yang sehat, dengan menghindari makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi
  3. Berolahraga secara teratur 3-5 kali seminggu, kurang lebih sekitar 30 menit
  4. Konsumsi suplemen atau minuman penurun kolesterol.
Sumber :

Rabu, 18 Januari 2012

Bayi Ternyata Mampu Membaca Gerakan Bibir

Bayi-bayi rupanya punya kekuatan tersembunyi. Tidak hanya dapat belajar bicara dengan mendengarkan suara orang tuanya, mereka juga mampu membaca gerak bibir juga. Dari satu riset terbaru di AS terungkap bahwa bayi berumur enam bulan mulai dapat melebarkan daya jangkau matanya untuk mempelajari mulut ketika orang berbicara padanya. ''Untuk dapat menirukan, bayi harus tahu dulu bagaimana bibir membuat suara yang mereka dengar,'' ujar ketua riset ini, David Lewkowicz dari Florida Atlantic University. ''Ini termasuk proses yang luar biasa rumit.''

Yang lebih menakjubkan, mereka tidak butuh waktu lama untuk belajar. Dalam beberapa bulan, bayi-bayi ini dapat menyerap ilmu soal gerakan bibir dan produksi suara. Ketika mereka ulang tahun ke-1, bayi sudah dapat memberikan respons dengan menatap mata orang tuanya. Kecuali, jika mereka mendengar suara yang tidak lazim, seperti bahasa asing yang tidak pernah mereka dengar.

''Ini benar-benar penemuan yang menarik,'' ujar Profesor Bob McMurray dari University of Iowa. Dia melanjutkan, bayi tahu apa yang mereka perlu tahu dan mereka mampu untuk mengerahkan perhatian untuk hal-hal yang penting dalam perkembangan mereka.''

Sumber:
http://id.she.yahoo.com/subhanallah-bayi-ternyata-mampu-membaca-gerakan-bibir-064627138.html
http://www.republika.co.id

Selasa, 17 Januari 2012

Tolong Jangan Katakan Hal Ini pada Anak Anda

Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan untuk buah hati tercinta.
Apa itu?

''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''

Ketika Anda kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. ''Jika Anda terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''

''Kamu Itu...''

Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.

''Jangan Nangis''

Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.
Lebih baik, katakan pada anak bahwa Anda memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''

''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''

''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti Anda menginginkan anak Anda menjadi orang yang berbeda.


Sumber:
http://www.republika.co.id/
http://id.she.yahoo.com/pak-bu-tolong-jangan-katakan-sembilan-hal-ini-071835193.html