Minggu, 25 Desember 2011

Seputar ASI, Puasa dan Menyusui

ASI Lancar, Puasa pun Tak Lewat, hal ini yang kebanyakan ibu-ibu menyusui inginkan terutama pada bulan-bulan awal (1-6 bulan pertama) masa meyusui.

Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan penuh ibadah bagi umat muslim di dunia. Salah satu ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim yang telah baligh (cukup umur) adalah berpuasa. Nah, bagaimana dengan ibu hamil dan menyusui?

Dasar Agama
Puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Alhamdulillah, Islam memberikan kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa dengan berpuasa di lain waktu atau membayar fidyah.

Yang pertama, dikembalikan kepada motivasi atau niat. Jika ibu hamil dan menyusui tidak melakukan ibadah puasa karena mengkhawatirkan kesehatan dirinya, maka dia menganggap dirinya seperti orang sakit. Sehingga cara mengganti puasa sama dengan mengganti puasa dikala orang sakit, yaitu dengan berpuasa di hari lain. Namun, jika mengkhawatirkan bayinya, dianggap seperti orang tua yang tak punya kemampuan sehingga cara menggantinya selain membayar puasa-seperti cara orang tua-yaitu dengan membayar fidyah.

Yang kedua, ibu hamil atau menyusui cukup membayar fidyah saja tanpa harus berpuasa. Karena keduanya tidak berpuasa bukan karena sakit, melainkan karena keadaan yang membuatnya tidak mampu puasa. Kasusnya lebih dekat dengan orang tua yang tidak mampu berpuasa.

Apa dan bagaimana cara membayar Fidyah? Fidyah adalah memberi makan orang fakir miskin. Satu hari puasa diganti dengan satu kali fidyah. Ukuran memberi makan adalah sebesar porsi kita makan 3 kali sehari, yakni sekitar 1 mud atau 600 gram. Jika dirupakan uang, sebesar biaya kita makan 3 kali sehari.

Ketika memberikan fidyah, ada tata caranya juga. Salah satu yang harus diingat adalah jangan lupa mengucapkan berita serah terima/ijab kabul. Misalnya "Saya membayar fidyah kepada saudara, mohon diterima dengan baik". Jika meminta orang lain yang menyerahkan maka, "Ibu A membayar fidyah kepada saudara, mohon diterima dengan baik".

Nah, bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa bagaimana? Selama kondisi ibu dan bayi sehat, maka diperbolehkan berpuasa. Namun, jika dikuatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan, misalnya kekurangan gizi, produksi ASI berkurang, sakit, dan lain sebagainya, maka Islam menyarankan untuk tidak berpuasa.

Manajemen Laktasi Ibu Menyusui Yang Sedang Berpuasa
Dengan perubahan jadwal makan, bukan berarti asupan makanan yang dikonsumsipun ikut berubah. Yang penting, ibu menyusui tetap makan 3 kali sehari dan secara disiplin mengkonsumsi makanan dengan gizi berimbang, yaitu dengan komposisi 50% karbohidrat, 30% protein dan 10-20% lemak.

Kemudian, hal-hal berikut dapat dilakukan untuk memastikan bahwa produksi ASI selama ibu berpuasa tetap lancar dan berkualitas:

1. Asupan menu dengan gizi seimbang

Ibu yang sedang menyusui memang membutuhkan tambahan sekitar 700 kalori perhari, 500 kalori diambil dari makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Oleh karena itu, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap mempertahankan pola makan 3x sehari dengan menu gizi seimbang. Pada saat sahur, ketika berbuka puasa dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih. Makan sahur akan menghasilkan energi yang berguna untuk aktivitas kita hari itu. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.

2. Perbanyak konsumsi cairan, mulai dari berbuka hingga sahur

Jika bisa minum air putih selama sehari itu sebanyak dua liter, ditambah dengan jenis cairan lainnya seperti juice buah, teh manis hangat dan susu. Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia bagi ibu hamil dan menyusui. Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Berbuka puasa dengan minum minuman hangat, akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui.

3. Istirahat yang cukup

Merasa lemas saat berpuasa itu hal yang lumrah, apalagi jika si ibu baru saja menyusui. Cobalah untuk beristirahatlah sejenak, apakah dengan cara tidur atau sekadar relaks menenangkan pikiran. Perlu ibu menyusui ketahui, bahwa semakin sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar.


Ibu Bekerja

Ibu bekerja yang memerah ASI di tempat kerjanya disarankan untuk tetap melakukan kegiatan memerah ASI seperti biasa dengan tetap memperhatikan tips-tips seperti yang sudah disebutkan diatas ini. Kembali berpegang pada prinsip demand and supply, semakin banyak ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Apabila ibu menyusui yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang, yang bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi karena mengurangi kegiatan memerah tadi.

Bagaimanapun, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Untuk ibu yang memiliki bayi di bawah 6 bulan, memang dianjurkan untuk tidak berpuasa karena bayi sedang dalam tahap ASI Eksklusif dan belum memperoleh makanan tambahan apapun kecuali ASI.



Petunjuk Penyimpanan ASI Perah

Petunjuk penyimpanan ASI Perah (ASIP) ini berlaku bagi para ibu yang :
  • Memiliki bayi yang sehat dan tidak lahir secara prematur; dan
  • Menyimpan ASIP untuk kebutuhan di rumah dan bukan untuk keperluan selama berada di Rumah Sakit
Yang perlu diingat sebelum mulai menyimpan ASIP :
  1. Mencuci tangan sebelum memerah atau memompa ASI
  2. Mencuci wadah penyimpanan ASIP serta peralatan pompa ASI dengan air panas dan sabun (pastikan apabila menggunakan pompa ASI anda mengikuti instruksi pencucian yang tertera pada kemasan produk), dan disiram sekali lagi dengan air matang – tidak perlu untuk disterilkan
  3. Jangan lupa untuk memberikan label hari dan tanggal ASIP diperah atau dipompa pada wadahnya

Tata cara menyimpan ASIP :
  1. Sebelum dimasukkan ke dalam freezer, ASIP didinginkan terlebih dahulu di dalam lemaries/kulkas
  2. Sebaiknya menyimpan ASIP sebanyak 60 – 120ml per botol/wadah untuk mengurangi sisa ASIP yang terbuang
  3. Apabila memungkinan, gunakan ASIP yang masih disimpan di dalam lemari es/kulkas daripada ASIP yang sudah dibekukan didalam freezer – kandungan nutrisi dan zat-zat anti infeksinya lebih banyak
  4. Gabungan ASIP dari hasil beberapa kali perah/pompa dapat dilakukan dalam 1 botol/wadah sesuai dengan metode penyimpanan ASIP dibawah ini -- contoh: ASI segar dapat digabungkan dalam 1 wadah dengan ASIP lainnya yang masih disimpan dalam suhu ruangan, namun apabila ingin digabungkan dalam 1 wadah dengan ASIP yang disimpan di dalam lemari es/kulkas harus didinginkan terlebih dahulu, dan apabila ingin digabungkan dalam 1 wadah dengan ASIP beku dalam freezer, maka selain harus didinginkan terlebih dahulu jumlahnya juga harus lebih sedikit dibandingkan dengan ASIP beku yang sudah tersimpan dalam wadah tersebut

Wadah penyimpanan ASIP :
  1. Botol atau jenis wadah lainnya yang terbuat dari kaca (beling) dengan tutup yang rapat;
  2. Botol atau wadah plastik dengan permukaan yang keras (jenis yang tembus pandang dan tidak buram) dan mempunyai tutup yang rapat;
  3. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASIP;
  4. Kantong plastik makanan dengan label "food grade"

Cara menghangatkan ASIP :
  1. Gunakan ASIP dengan hari dan tanggal yang paling lama terlebih dahulu
  2. Apabila bau dan rasanya basi, untuk amannya berarti ASIP tersebut memang sudah basi
  3. Cairkan ASIP beku selama 12 jam dalam lemari es/kulkas sebelum diberikan kepada bayi
  4. Hangatkan ASIP dingin dengan cara meletakkan botol/wadah ASIP di dalam mangkuk berisi air hangat, atau pegang botol/wadah ASIP dibawah aliran air hangat
  • JANGAN panaskan ASIP diatas kompor
  • JANGAN direbus
  • JANGAN panaskan ASIP dalam microwave
Karena ASI tidak bersifat homogen, maka apabila disimpan cenderung untuk terjadi proses pemisahan, dimana lemaknya akan naik keatas dan membentuk lapisan krim – cukup kocok secara perlahan-lahan sebelum diberikan kepada bayi

Jangan lupa untuk memeriksa suhu ASIP yang sudah dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi
Apabila perlu, cicipi ASIP terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi


CATATAN KHUSUS – KADAR ENZIM LIPASE YANG TINGGI

Para ibu yang memiliki ASI dengan kadar enzim lipase yang tinggi seringkali menemukan bahwa ASIP mereka sangat berminyak dan berbau seperti sabun. Enzim lipase berfungsi untuk menguraikan kandungan lemak dalam ASI – semakin tinggi kadar enzim ini, maka akan semakin cepat sel-sel lemaknya terurai sehingga menghasilkan ASI dengan bau yang sangat khas tersebut. Akibatnya, banyak bayi yang menolak untuk minum ASIP dengan "bau sabun" padahal ASIP tersebut masih sangat layak untuk diminum.

Bagaimana cara mengatasinya? Apabila bayi memang menolak untuk minum ASIP tersebut, maka ASI segar yang baru saja diperah dan belum dimasukkan ke dalam lemari es/kulkas, dipanaskan terlebih dahulu diatas kompor sampai hampir mendidih (70-80ÂșC saja) setelah itu langsung diangkat/didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam lemari es/kulkas. Dengan memanaskan terlebih dahulu seperti ini, maka proses kerja penguraian sel-sel lemak oleh enzim lipase akan dihentikan.

Bagaimana cara mengetahui ASI anda mempunyai kadar enzim lipase yang tinggi?
Perah ASI anda seperti biasa, lalu biarkan ASI tersebut pada suhu ruangan selama 30 menit. Perah lagi ASI baru, lalu bandingkan rasanya antara ASI yang baru saja diperah dengan yang sudah dibiarkan dalam waktu 30 menit tadi.

Bisa juga bandingkan ASI yang baru diperah (ASI segar) dengan ASIP yang sudah disimpan di kulkas (yang sudah didinginkan).

Coba juga bandingkan lagi ASI segar dengan ASIP yang sudah dibekukan di dalam freezer.
Bandingkan lagi ASI segar dengan ASIP dingin atau beku yang sudah dicairkan dan dihangatkan.
Kalau diantara percobaan-percobaan tersebut tidak ada perbedaan rasa (mungkin sedikit berbeda, tetapi tidak terlalu tajam/mencolok perbedaan rasa dan baunya), maka kadar enzim lipase anda tergolong normal.

Selamat menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan dan salam ASI!


Sumber:

  1. The Breastfeeding Book: Everything You Need to Know About Nursing Your Child From
  2. Birth Through Weaning, Sears, R.N., Martha dan William Sears, M.D., Parenting Libary, 2000.
  3. Breastfeeding Made Simple: Seven Natural Laws for Nursing Mothers, Mohrbacher, IBCLC, Nancy dan Kathleen Kendall-Tackett, Ph.D, IBCLC, New Harbinger Publications, Inc., 2005.
  4. La Leche League International: The Womanly Art of Breastfeeding 7th ed., Plume, 2004.
  5. http://www.kellymom.com/bf/pumping/lipase-expressedmilk.html
  6. http://www.drjaygordon.com/development/bf/worknursetips.asp
  7. http://ouw-keren.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar